top of page

Tips Menghadapi Banjir Untuk Hewan Peliharaan

Rabu 15 Januari, 2014

Hujan yang tak berkesudahan dari beberapa hari lalu tak ayal menimbulkan banjir dimana-mana, terutama di wilayah Jabodetabek. Menurut BMKG, hujan beberapa hari lalu yang menyebabkan terjadinya banjir belum seberapa dibandingkan hujan yang akan terjadi di awal Februari 2014 nanti.

Kita tentunya berharap tidak akan ada musibah yang lebih buruk dari sebelumnya. Namun sebagai antisipasi akan hal buruk yang akan terjadi, berikut kami berikan tips tentang bagaimana menangani hewan peliharaan kala bencana banjir datang:

  • Lepaskan hewan peliharaan Pawrents dari rantai atau kandang jika Pawrents tidak dapat membawa serta mereka ke tempat yang lebih aman.

  • Evakuasi mereka ke area yang lebih tinggi/tingkat dan tinggalkan makanan kering serta minuman yang cukup untuk mereka sampai bala bantuan datang.

  • Berikan kain-kain untuk menghangatkan badannya jika cuaca memburuk.

  • Hubungi grup-grup penyayang hewan untuk mendapatkan bantuan evakuasi/rescue.

  • Berikan laporan sedetail mungkin dengan tidak mengurangi atau melebih-lebihkan informasi agar pertolongan berjalan cepat dan tepat.

 

Adapun nomor kontak darurat untuk bantuan dari Animal Defenders diantaranya:

  1. 0812-197-819-76 (Doni)

  2. 0813-110-109-29 (Victor)

  3. @ADefenders (Twitter)

 

Ingat! Jangan biarkan mereka terendam banjir dan mati sia-sia hanya karena kalian tidak bisa membawa mereka mengungsi dan akhirnya ditinggalkan di tempat yang tidak aman. Biarkan mereka pergi mencari tempat aman sendiri. Kalau mereka hilang, kalian dapat mencari mereka kembali atau mereka akan kembali lagi ke rumah ketika banjir surut, dan kemungkinan besar kalian akan bertemu kembali. Namun jika kalian membiarkan mereka tetap terikat atau di dalam kandang, pastinya mereka akan mati sia-sia dan kalian tidak akan dapat bertemu kembali. So, be a smart Pawrents!

Tips Mengatasi Anjing/Kucing Panik Karena Suara Keras

Selasa 31 Januari, 2013

Dalam rangka menyambut Tahun Baru, salah satu cara perayaan yang banyak dilakukan orang-orang adalah dengan menyalakan petasan. Buruknya, banyak diantara hewan peliharaan kita, terutama anjing dan kucing, yang akan takut dan panik ketika mendengar suara dari ledakan petasan yang sangat nyaring.

Berikut ini kami berikan tips bagaimana caranya menghadapi hewan peliharaan yang takut mendengar bunyi keras:

  • Bersiaplah di antara mereka saat frekuensi ledakan akan banyak terjadi (ketika malam Tahun Baru, biasanya akan terjadi mendekati pukul 00.00).

  • Bangun atmosfer tenang, luwes, dan canda. Bermain-mainlah dengan mereka agar mereka pun terbawa suasana menyenangkan.

  • Saat terjadi ledakan petasan, Pawrents harus tetap tenang dan bersikap seakan-akan tidak ada yang terjadi. Sikap tenang Pawrents lah yang akan diserap dan diterjemahkan oleh anjing/kucing Pawrents.

  • Jangan memarahi anjing/kucing yang panik dan ditimpali dengan kata-kata perintah lain dengan nada tinggi.

  • Ketika mereka ketakutan, JANGAN ELUS/PELUK MEREKA. Karena hal tersebut adalah konsep 'rewarding' alias 'hadiah' atas perilaku mereka.

  • Kala mereka ketakutan, bersikaplah tetap tenang dan terus bercanda. Tatap mata mereka dengan teduh, namun tanpa elusan.

  • Jaga sekeliling lingkungan, misalnya tutup pintu rumah dan kunci pagar dengan benar untuk menghindari mereka kabur dari rumah ketika panik.

  • Saat suara petasan mereda dan mereka dapat tenang, berilah mereka reward seperti mengelus mereka dan katakan "GOOD".

 

Tiada proses yang instan. Jangan bereaksi terlalu keras ketika mereka tidak menunjukkan hasil yang baik. Lebih baik kita yang introspeksi diri: 'Apakah kita sudah tenang dan menjadi packleader yang baik?'

 

Happy New Year! Woof!

 

Pet Adoption Day News (Metro TV)

Minggu 8 Desember, 2013

Metrotvnews.com, Depok: Sistem adopsi atau pengambilan hak asuh ternyata tidak hanya berlaku bagi manusia. Di Depok, Jawa Barat atau tepatnya di halaman parkir Fakultas Psikologi Kampus Universitas Indonesia puluhan hewan terlantar seperti anjing dan kucing ditawarkan kepada masyarakat untuk diadopsi.

Pet Adoption Day News (BERITASATU.com)

Minggu 8 Desember, 2013

Depok - Animal Defenders, sebuah organisasi nirlaba yang bertujuan menyelamatkan satwa domestik di Indonesia, kembali mengadakan acara "Pet Adoption Day" di halaman parkir Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Depok, Minggu (8/12).

 

Animal Defenders Selamatkan Dan Antar Hewan Ke Pemilik Baru

Sabtu 26 Oktober, 2013

Jakarta (ANTARA News) - "Melihat hewan teraniaya, gue gak bisa tinggal diam," kata Doni Hendaru Tona, pendiri Animal Defender Indonesia.

Pelepasan Penyu

Desember 3, 2013

--reserved--

Milo, Anjing Dari TKP Pembunuhan & Mutilasi Ibu Kandung

Juli 18, 2013

Milo, anjing dari Bendungan Hilir yag kami terima laporannya untuk dibantu evakuasi pada hari Senin 15 Juli 2013 dari kawan-kawan reporter. Dilaporkan bahwa ada anjing terlantar di dalam TKP yg diberi police line, yang mana merupakan rumah dugaan pelaku pembunuhan dan mutilasi ibu kandungnya, bernama Sigit.

 

Proses evakuasi tidak berjalan mulus, karena anjing tersebut trauma dengan manusia, selain itu di lokasi juga masih terbentang police line.

 

Upaya meminta ijin ke Kepolisian dan lingkungan terus dijalankan. Bolak-balik dari Polsek ke Polres hingga lelah dan frustasi. Proses untuk meminta ijin seperti dipingpong oleh berbagai pihak.

 

Sementara, anjing ini kami supply makanan yang cukup untuk bertahan. Air telah mencukupi karena pipa air rumah tersebut pecah dan menggenang layaknya kolam.

 

Hari berganti, kami tetap mendatangi TKP. Hingga pada akhirnya upaya ini berbuah pada hari Kamis pagi pukul 10.00 dalam bentuk persetujuan proses evakuasi oleh KanitReskrim Polsek Tanah Abang dan proses evakuasi ini didampingi oleh salah satu penyidik.

 

Upaya memancing Milo keluar nihil karena di lokasi ada reporter dari salah satu stasiun TV swasta yang sedang meliput sehingga membuat Milo ketakutan. Kami celingak-celinguk tapi tetap tidak mendapati tanda-tanda keberadaan anjing.

 

Akhirnya kami dipersilakan masuk oleh penyidik, untuk mencari anjingnya sampai ke bagian dalam rumah. Puslabfor telah selesai olah TKP, jadi kami bisa leluasa masuk mencari anjingnya. Ruang demi ruang kami cari, kondisi rumah sangat berantakan, lembab, dan berbau busuk. Terlihat beberapa senjata tajam seperti golok di beberapa sudut, “Pelaku dikenal suka bawa-bawa senjata tajam, karena trauma 8 tahun lalu dipukuli warga”, kata penyidik. Terlihat juga kandang kucing yang dibongkar paksa. “Ini kucingnya kami bebaskan, tapi kalo anjingnya kami ga berani”, tambah penyidik.

 

Anjing kami temukan di ruang belakang rumah dengan keadaan ketakutan. Proses penangkapan tidak berjalan sulit, justru terhitung mudah. Kami giring anjing keluar tanpa ada upaya agresi ke tim evakuasi.

 

Sesampainya di luar, anjing ini pun dengan mudah kami masukkan ke kandang agar relokasi ke shelter menjadi lebih mudah.

 

Milo, anjing jantan lokal ini, menurut info dari warga sekitar, kerap melolong tangis, diduga disiksa pelaku. Ekor anjing ini pun terlihat dipotong dan menyisakan luka terbuka sedikit.

 

Saat ini, Milo telah aman di shelter, beradaptasi dengan bagus. Selanjutnya Milo akan menjalani rehab mental dan fisik.

 

Terimakasih kepada Bapak Kanitserse Polsek Tanah Abang dan para penyidik, wartawan dari TransTV atas laporan paling awal tentang anjing ini, serta dukungan kawan-kawan semua yang memungkinkan proses evakuasi berjalan lancar.

 

Detikcom: Anjing di Rumah Pelaku Mutilasi di Benhil Akhirnya Berhasil Dievakuasi http://de.tk/DpmMS

Fernando Dan Neraka Bernama Ubud Kencana

April 23, 2013

Beberapa waktu lalu ada laporan masuk ke Ina, salah satu staff di Animal Defenders, tentang anjing yang dikurung di kandang burung, kehujanan, kepanasan, tanpa makanan dan minuman. Pelapor dengan gemetar sampai menangis telpon Ina, minta pertolongan untuk anjing ini. Beliau mengatakan bahwa dulu juga pernah melihat anjing yang sama, di kandang dan lokasi yg sama, pada bulan Agustus 2012, saat dia ada acara BBQ Party bersama kawan yang tinggal di Kompleks Ubud Kencana, Lippo Karawaci. Pada saat itu, kondisinya masih normal. Namun pada saat dilaporkan, Minggu ketiga Maret 2013, kondisinya mengenaskan. Ina pun meluncur ke lokasi, untuk konfirmasi keadaan. Lalu ia menghubungi saya dan menyatakan kondisi tersebut benar adanya. Fotonya membuat saya merinding. Anak ini hebat, semangat hidupnya tinggi. Bayangkan, dari Agustus tahun lalu di dalam kandang burung. Kehujanan dan kepanasan. Yang jadi pertanyaan, kok dia masih bisa bertahan hidup sampai sekarang? Selidik punya selidik, ternyata ada beberapa tetangga yang suka memberikan dia makan dan minum. Prihatin dan kemanusiaan tetangga inilah yang membuat si anjing, yang kemudian kami namakan Fernando, tetap bertahan hidup.

 

Beberapa kali tetangga menegur dan memohon kepada owner anjing malang tersebut agar dilepaskan, tapi tidak digubris pemilik yang menurut security “baru” sebulan ini pindah rumah namun sesekali datang ke rumah ini, masuk ke rumah lalu keluar lagi, tanpa mengurusi si anjing di kandang burung ini.

 

Berdasarkan laporan dan konfirmasi lapangan, Animal Defenders memutuskan untuk menindaklanjuti dengan bentuk rescue dan evakuasi hewan ini, apapun caranya.

 

Saat konfirmasi kondisi, Ina mencoba menghubungi ketua Paguyuban (semacam RT di sana) dan mendapatkan keterangan bahwa mereka menyarankan untuk koordinasi dengan security. Meluncurlah kami ke Security. Sesampainya di sana, security menyatakan bahwa mereka tidak berwenang akan hal ini, kami diminta untuk menghadap ke TMD (Town Management Development).

 

Senin siang, team advance merapat ke lokasi, memberikan makan dan minum sebagai pertolongan pertama. Team negosiator berangkat sore. Sesampainya di sana, saya lihat si Fernando sudah dielus-elus team advance yang terdiri dari Mia, Kelik, dan kawannya. Tanpa banyak buang waktu, saya coba analisis kondisi si Fernando ini. Jamuran, malnutrisi, dan jemarinya agak susah menapak tanah karena terlalu lama berada di sangkar burung dan kuku-kukunya sudah panjang.

 

Team advance mengatakan, di dalam rumah masih ada 2 anjing lagi dengan kondisi lemas. Tiada celah satupun bagi team untuk bisa melemparkan makanan atau memberikan air minum. Ini yang membuat kami panik dan bingung.

 

Fernando segera kami bawa ke salah satu klinik terdekat, Laras Satwa. Bad luck, dokter prakteknya sudah tutup. Lalu kami geser beberapa ruko di sebelahnya. Kami coba ke Madagascar. Sama juga. Lalu kami kontak Rayi, salah satu aktivis penyayang hewan militan juga yang tinggal di daerah Karawaci. Beliau coba telpon langsung ke dokter di Laras Satwa. Tak lama kemudian datang berita bagus. Kami diminta langsung masuk ke lantai dua dimana dokter hewan tersebut berada.

 

Fernando mendapatkan pertolongan pertama dan diagnosa dia mirip seperti yang saya duga. Jamuran, malnutrisi, dan infeksi telinga/otitis. Dibekali obat dan disarankan agar pemberian obat ini setelah Fernando adaptasi dengan lingkungan baru.

 

Fernando lalu kami bawa pulang ke Rumah Singgah Mini, alias rumah saya sendiri yang sudah disulap menjadi "kandang".

 

Target berikut adalah menyelamatkan 2 anjing yang terjebak dalam rumah kosong itu. Tidak mudah mendapatkan ijin masuknya. Upaya kami meminta ijin evakuasi hewan malang ini nyangkut rasanya, karena disuruh menunggu hasil koordinasi internal mereka dengan Animal Control.

 

Tunggu punya tunggu, hari berganti, Animal Control ini menyatakan, bahwa mereka tidak bisa ambil hewan tersebut jika tidak ada ijin pemilik, dan mereka hanya akan urus hewan yang ada di luar rumah penghuni.

 

Selasa kami balik lagi ke lokasi. Nihil. Mendekat ke lokasi pun kami sudah dilarang oleh security di pintu masuk cluster ini. Kami atur skenario. Pertama jika benar-benar tanpa hasil permohonannya, kami akan desak melalui social media dan menggalang kawan-kawan untuk melancarkan gelombang protes ke pengembang terkait. Skenario berikut adalah mencari kawan Lawyer yang pro-satwa serta polisi sebagai saksi, meminta perwakilan dari TMD dan security serta warga untuk mendampingi kami membuka paksa pintu hanya untuk mengevakuasi 2 anjing tersebut, lalu mengganti kerusakan serta menyerahkan kunci itu ke pengelola/paguyuban.

 

Rabu kami bersiap sejak pagi, menanti koordinasi antar pihak yang kami inginkan datang bersama. Tiba-tiba datang kejutan. Security setempat menelepon Ina, mengatakan bahwa rumah target sudah ramai, dimohon kami segera hadir. Ramai? Ramai oleh siapa? Ada apa? Agak aneh. Kami belum mengutus tim untuk berangkat ke lokasi. “Di sini sudah ada kawan-kawan dari Animal Defenders, sudah buka paksa pintunya, dan pemilik rumah marah-marah″, ujar security. DANG!!! Apa-apaan ini? Kok security bilang ada Animal Defenders di lokasi, sedangkan komando ada di saya. Ini sama sekali tidak benar. Saya langsung bersiap menuju lokasi, tapi timbul inisiatif untuk telepon si security. Saya minta nomor telepon si pemilik rumah itu. Dapat. Timothius namanya. Saya telpon baik-baik, tapi si bapak ini mengamuk dan bilang, “Kembalikan anjing saya yang di sangkar burung!” dan ada kata-kata 'pencurian' serta mau dilaporkan ke polisi. Lalu sambungan telepon ditutup. Saya telepon kembali, sama saja, di seberang sana, suara orang teriak-teriak. Naiklah tensi saya. "Hey, Pak! Bisa bicara baik-baik, nggak? Masa saya yang telepon dan omong baik-baik malah dibentak-bentak lalu tutup telepon?!". Dia hanya menjawab lantang, “Pulangkan anjing saya!”. Lalu ditutup lah teleponnya lagi. Saya telepon lagi, bad luck, direject.

 

Dapat informasi, bahwa beliau ini melaporkan saya ke Pospol Taman Ubud, entah dengan pasal apa. Mungkin pencurian, seperti yang beliau katakan via telepon. Tapi setau saya, Pospol tidak bisa membuat laporan polisi. Minimal Polsek. Masa bodo. Saya tanggapi serius keinginan beliau maju ke polisi. Saya sendiri meminta advice dari Pak David Tobing, lawyer yang kebetulan juga penyayang binatang. Sesuai instruksi beliau, saya persiapkan surat-surat pendukung seperti statement/surat pernyataan kondisi hewan saat pertama kali datang ke klinik.

 

Meluncurlah saya ke lokasi. Sesampainya di Taman Ubud Kencana, ada Bapak Gustav dan Ibu Deani dari Daya Animal Rescue, balabantuan yang mengagetkan. Insan-insan menakjubkan. Dan juga ada Tante Fifi dan beberapa kawannya. Ternyata mereka lah yang melakukan pembongkaran paksa pintu rumah target, dan di saat yang sama, datang pemilik rumah. Rupanya ini yang membuat tensi pemilik rumah meninggi dan heboh meminta Fernando dikembalikan.

 

Bapak-bapak security dan perwakilan TMD ini ramai sekai. Saya turun dari mobil dan menghampiri kumpulan orang-orang yang ada di depan rumah target. Jabat tangan mereka satu persat sambil memperkenalkan diri. “Apa yang sekiranya bisa saya bantu, Pak? Tadi nyariin saya ya?”. Si owner Fernando ini minta anjingnya dikembalikan, saya bilang tidak akan. Selama ini kenapa ditelantarkan? Bisa saja kita bawa ke meja hijau karena ada dugaan penganiayaan hewan yang bisa dituntut sesuai Pasal 302 KUHP.

 

Mendebatlah si owner, mengatakan bahwa kondisi anjingnya sehat-sehat saja. “Bapak-bapak sekalian, saya tidak berbicara tanpa bukti. Silakan dilihat surat pernyataan dari dokter hewan yang terkait tentang kondisi hewan yang dimaksud". Hening. 1 point saya menangkan. Lalu beliau menerangkan anjing yang ada di dalam rumah itu dipelihara dengan baik. Dia sayang anjingnya, hanya saja tidak bisa dibawa pindah ke rumah baru di area Jelambar karena sering berkelahi dan saling gonggong dengan anjing-anjing dia yang lain, maka dari itu anjingnya ditempatkan di rumah dia di Ubud Kencana.

 

“Bapak ini tinggalin anjingnya tanpa makan minum gitu? Seminggu sekali saja belum tentu datang urus mereka, kok bisa bilang begitu namanya sayang?”. Diam lagi beliau. Hampir seperti monolog. Saya pun menjelaskan bahwa Animal Defenders akan menempuh jalur prosedural di perumahan-perumahan seperti ini. Tidak asal dobrak dan comot. Dan klarifikasi, bahwa kawan-kawan penyayang binatang yang datang tanpa sepengetahuan kami ini adalah bukan dari Animal Defenders, dari pemerhati lain dan tanpa koordinasi bahwa mereka akan melakukan pembongkaran. Bagi kami, ini salah. Prosedur harus tetap dilaksanakan agar terhindar dari masalah baru yang bisa menendang balik upaya rescue ini. Bapak-bapak ini paham semua. Lantas saya tanya, "Bapak jadi laporin saya ke polisi atas pasal pencurian? Silakan, Pak. Saya akan tanggungjawab. Saya juga akan laporkan bapak kok, bukti sudah terpenuhi semua". Lalu terkesan si Timothius ini melunak, dan berbicara dalam nada lembut, tidak seperti saat ditelepon tadi. Kawan-kawan di lokasi pun bilang, bahwa beliau tadi galak sekali, bahkan beringas, motor tukang kunci ditabrak menggunakan mobilnya, teriak-teriak ke Tante Fifi CS, dll.

 

All in all, saya sampaikan bahwa kami tidak akan berikan lagi anjingnya. Bukan dalam rangka ingin memiliki, tapi dalam rangka merehabilitasi kondisi dan mengembalikan kehidupan yang layak bagi mereka. Mereka akan dirawat di Pondok Pengayom Satwa (Billy dan Bona, kedua anjing yang dari dalam rumah) dan akan diberikan akses bagi owner untuk menjenguk mereka, dengan catatan tidak ada agenda membawa mereka kembali. Beliau menyatakan beliau sayang kepada anjing-anjingnya, beli saja sanggup jika harus beli lagi, tapi sayang sama yang sudah dia telantarkan.

 

Bagi saya, saya tidak akan ambil resiko mengembalikan mereka ke tangan orang yang nyaris membuat mereka mati sengsara. Apapun resikonya, saya tanggung. Jika dia ingin melaporkan saya dengan pasal pencurian, walau saya harus masuk bui karena itu, tidak masalah. Saya siap sedia akan resiko itu. Pun, saya akan melakukan perlawanan. Tidak akan pasrah. Bahagia, mengetahui dukungan dari kawan-kawan begitu besar.

 

Ternyata hati nurani belum mati. Kalian semua masih mau membela hewan-hewan terlantar, teraniaya, dan terlupakan ini.

 

Saat tiba di rumah saya, Fernando disambut langsung sama penghuni lainnya. Tidak ada proses perploncoan. Langsung dicium sama penghuni lain, buntut langsung goyang-goyang.

 

Dia menemukan kembali kehidupan nyata? Mungkin. Yang saya tahu, Fernando selalu adem matanya saat melihat saya. Ada damai di tatapan matanya. Makannya pun lahap sekali, baik dogfood ataupun rawfood. Ayam rebus tetap menjadi favoritnya. Kuantitas makannya saya jaga, bertahap naik. Supaya perutnya tidak kaget.

 

Begitu juga dengan Bona dan Billy. Kondisi mereka semakin bagus. Mereka akan diadopsi oleh Ibu Diah, seseorang yang memberikan apa yang terbaik buat anjing-anjing yang dipelihara/diadopsinya.

 

Bagi saya, kepastian hidup bagi anjing-anjing malang yang pernah meregang nyawa kelaparan dan kehausan ini nomor satu. Mengetahui bahwa ada orangtua baru yang benar-benar memberikan kehidupan layak adalah bayaran akan semua jungkir balik ini. Ini yang tidak pernah bisa dikejar dan dibeli oleh materi.

 

Saya mengurungkan niat untuk membawa kasus ini ke meja hijau. Niat awalnya ingin menjadikan pengalaman soal perjuangan animal welfare sampai ke ranah hukum. Tapi mengingat akan ada “kawan” dari lingkup pencinta binatang yang akan terseret kasus properti karena mereka tidak koordinasi dulu dengan Animal Defenders kala memaksa masuk ambil anjing-anjing yang di dalam, niatan ini saya urungkan.

 

Mungkin orang-orang ini memang annoying dan malah memfitnah saya. Mengatakan bahwa saya lembek kepada si owner, karena tidak jadi membawa ke ranah hukum. Whatever they say. Saya lakukan ini demi kepentingan yang lebih besar, perjuangan animal welfare. Konyol kesannya, jika saya tidak peduli dan hantam kromo asal maju, tapi ada “kawan” setujuan yang malah kena getah juga.

 

Sekali lagi, silakan labeli saya lembek, inkonsisten, atau bahkan “terbeli”. I don’t give a fuck. Saya lakukan apa yang menurut saya terbaik.

 

Apapun yang akan terjadi nanti akibat kasus ini, saya siap sedia. Never retreat, never surrender. Forever in the front line.

 

 

Source:

http://kucingbudug.wordpress.com/2013/04/

Bangkai VS Kepedulian

Maret 15, 2013

Siang tadi, sekitar pukul 11.00 WIB, masuk laporan bahwa ada anjing terkapar, wafat. Pelapor tidak bisa menindak lanjuti karena ada agenda meeting pukul 11.30 WIB. Foto terkait dikirimkan. Saya broadcast via BBM dan share Twit untuk mencari pertolongan volunteer siapa saja yang mau meluncur atau respons dari lokasi sekitar/terdekat.

 

Menyedihkan. Kontak BBM saya yang nyaris 2000, followers Twitter 7K++, tapi hanya segelintir, hanya cukup satu tangan saya untuk menghitung mereka yang tanya info detail lokasi, artiannya hanya mereka ini yang niat menolong untuk mengubur bangkai tersebut. Well, kontak BBM saya yang segambreng ini, mayoritas diisi oleh pencinta-pencinta satwa. Namun ternyata yang mau membantu proses yang tidak menyenangkan ini, mengurus bangkai, tidak ada.

 

Akhirnya saya mendapat pertolongan dan yang aktif bantu kirim-kirim orang untuk cek ke lokasi, dan berinisiatif evakuasi bangkai dari pemisah jalan di Jalan Gajahmada, Hayam Wuruk. Datang agak siang dan bukan dari kalangan pengguna BB yang ada di kontak saya. Juga ada satu volunteer yang aktif selama ini, menyanggupi untuk mengubur target, seusainya jam kerja dia di sore hari. Well, at least, ada yang mau jalan walaupun sore.

 

Namun ketika pelapor dan volunteer ini ke lokasi, tak disangka bangkai anjingnya sudah tidak ada. Mereka selidik, tanya-tanya, ternyata beberapa waktu lalu ada seorang wanita, Cici-cici katanya, yang mengupahi tukang akik di sekitar situ sebesar Rp30.000,- untuk mengurus bangkai yang sudah berair, bengkak, dan menyebarkan bau sangat menusuk itu. Ia meminta agar bangkai itu dikarungi lalu dikuburkan.

 

Apakah dia mendapat informasi setelah saya teriak-teriak, entahlah. Saya sendiri belum tau Beliau siapa. Rasanya ingin bertemu dan say thanks in personal.

 

Anjing ini kemungkinan besar anjing liar yang wara-wiri di lokasi, lalu tertabrak dan mencoba menepi ke trotoar pemisah jalan, but he/she didn’t make it.

 

Sudah hidupnya sering terancam karena stigma haram/najis, makan susah, hujan panas tidak ketentuan dimana dia berteduh dan mencari ketenangan, mati pun bangkainya orang malas untuk menguburnya.

 

Hey! Bangkai ini akan membawa penyakit jika tidak dikuburkan. Lingkungan jadi tercemar. Bau menusuk akan berlangsung berhari-hari. Yang dirugikan ya manusianya juga kan?

 

Meluangkan waktu untuk lebih peduli kepada lingkungan, rasanya seperti jadi barang langka, yang jika ada, akan terasa spesial sekali. Padahal itu memang kewajiban yang harus dilakukan.

 

Anda sibuk? Ya, tentu.

Tidak punya waktu? Ada cara lain. Utus orang yang mau dibayar untuk mengurus hal tersebut. Yang mengurus dapat upah dan senang. Lingkungan bersih. Yang untung? Kita semua.

 

Mau tahu apa jawaban dari beberapa tukang ojek daerah volunteer yang siap menguburkan bangkai tersebut kala pulang kerja? “Nggak mau ah. Haram. Kan anjing”. Ha! Baiklah. Saya paling malas komen untuk yang seperti ini.

 

Bagi yang bisa mencerna dengna baik, tolong pecut sekeliling kalian dengan motivasi-motivasi bagus agar lebih peduli. Dalam lingkup terkecil dulu. Rumah tempat kita tinggal. Lalu gembungkan ke area kerja. Lalu kemana saja kita berkelana.

 

Jadilah manusia. Cukup, itu saja.

 

 

Source:

http://kucingbudug.wordpress.com/2013/03/

T.O.R.N

Oktober 25, 2012

5 Oktober 2012, sesosok kucing kecil lumpuh dari pinggul ke bawah terlihat di bilangan Kota Legenda, Cibubur. Pelapor memberikan infonya kepada kawannya, lalu dishare via Twitpic dan ada pemerhati hewan yang CC ke saya. Masih segar di kepala, saat itu sekitar pukul 20.00 - 21.00 WIB.

 

Saling berkontak dan koordinasi mencari kawan yang dekat dengan lokasi, karena saya sendiri berdomisili di Ciledug dan hanya berkendaraan roda dua, ditambah malam itu hujan mengguyur. Dua kawan merespons. Yang satu siap meluncur ke lokasi, yang satu lagi siap menyisir lokasi di pagi harinya.

 

Malam itu, Mbak Bebta Tobing menyisir lokasi. Nihil. Si kucing ini kemungkinan telah bergeser lokasi.

 

Di pagi hari, Mbak Bebta menyisir lokasi kembali. Kali ini kucing malang tersebut berhasil ditemukan dan dibawa pulang, sementara menanti jam untuk mengantar kucing ini ke rumah saya.

 

Senang, haru, khawatir, dicampur jadi satu. Itulah yang saya rasakan.

 

Tiba di rumah, kucing kecil ini agak “greng” ketika melihat anjing-anjing di halaman. Kasihan, langsung saya bawa masuk kucing tersebut ke dalam rumah sembari ngobrol dengan Mbak Bebta. Agar tenang, kucing itu masuk ke kamar depan serta diberi makan dan minum. Well, dia makan lahap. A good start, dia cepat adaptasi. Senang melihatnya. Sambil memantau bagaimana dia berjalan dan aktivitas dengan kondisi seperti itu, agar tindakan pendukung hidupnya disesuaikan.

 

Sepulangnya Mbak Bebta, putar kepala cari nama buat dia. Karena dia ini cakep, gagah dan guanteng, saya pilih Geoffrey sebagai namanya.

 

Geoffrey sangat lahap jika menunya wetfood. Tapi entah kenapa dia tidak bisa makan banyak. Pun dia tetap lahap makan dryfood ataupun ikan tongkol dan ayam rebus. Sifatnya sangat manja. Maunya tidur di dada, leher, paha, dan perut. Kalau sudah begini, saya tidak bisa berkutik. Merelakan baju ini belepotan kotorannya atau minimal basah karena pipisnya yang tidak dapat dikontrol, kemungkinan karena lumpuhnya itu.

 

Hari-hari berlalu, Geoff tetap ceria. Main dengan siapa saja. Teman terbaiknya adalah Centro. Geoff pun mulai akrab dengan Chester, Snowy, bahkan Rex.

 

Sekitar satu minggu kebelakang, anak saya ini maunya keluar kamar terus. Tidak bisa dicegah, asal dia aman dan senang. Mungkin jadi lebih explore sama area dan bisa mondar-mandir sana sini.

 

Semakin hari seolah-olah dia mau bersikap, “Hey, Daddy! I’m good. Don't spoil me too much, will ya?”. Tetap aktif, manja, dan selalu semangat, berjalan dengan gaya diseret, menggunakan kedua kaki depannya.

 

Dua hari kebelakang, sekitar tanggal 23 Oktober 2012, Geoff berubah. Manja sekali, manis tingkahnya. Maunya di pangkuan, lalu tertidur. Begitu terus. Mengeong manja, jika dielus dia akan minta pangku lalu terlelap. Terus begitu.


Hingga sampai tadi, bagai disamber petir, kaget bukan main menyadari Geoff bukan tidur seperti biasanya. Kali ini dia diam, bergeming. Dipanggil namanya pun tidak ada sambutan hangat darinya seperti biasa. Saya beranikan diri untuk menyentuh Geoff. Badannya masih hangat. Pukul 21.00 WIB, dia telungkup seperti layaknya tidur. Padahal pukul 18.00 WIB tadi, dia masih makan lahap bersama kucing-kucing lain.

 

Geoffrey. Kamu malaikat kecil yang datang ke kami, mengajarkan semangat hidup dan keteguhan hati untuk tetap menjalani hidup bagaimana susahnya. Entah, hati ini belum rela kamu tinggalkan.

 

You leave me inside torn apart, yet these tears keep falling down till now. Some friends said, you are now in heaven. Well, all I know is you are no longer in pain. Forgive me son, I wasn't that good enough for you, so you stay longer with me. You might ask, if you can bring a friend, then I’ll go with you.

 

I love you, kid.

 

None can describe my torn-into-pieces heart.

 

I love you.
I love you.
I love you.

 

 

Source:

http://kucingbudug.wordpress.com/2012/10/

Please reload

bottom of page